Impor Gula Rafinasi Pengaruhi Produksi Nasional

Impor Gula Rafinasi Pengaruhi Produksi Nasional
Anggota DPR RI Komisi IV Rofi Munawar
VIVA.co.id - Kementerian Perdagangan kembali menerbitkan izin impor 600 ribu ton gula mentah untuk pabrik gula rafinasi. Alasannya, impor gula kembali dibuka untuk menjaga pasokan bagi industri makanan dan minuman. Ironisnya kebijakan tersebut dilakukan saat serapan gula domestik tidak maksimal dilakukan dan data neraca kebutuhan konsumsi gula tidak akurat.

“Perlunya proses data audit kebutuhan gula nasional di sinkronisasi antara pemerintah, produsen, dan distributor. Jangan biarkan permasalahan dan polemik importasi gula ini berlarut-larut setiap tahun. Selain itu pemerintah harus secara serius mengembangkan industri gula nasional sebagai basis produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik, selama tidak ada komitmen tersebut, maka proses importasi gula rafinasi secara besar-besaran akan terus terjadi,” ungkap Anggota DPR RI Komisi IV Rofi Munawar Minggu, 26 Juli 2015.

Rofi mengaku heran dengan pernyataan Mendag Gobel yang mengatakan, importasi gula rafinasi dilakukan untuk mencegah beredarnya gula impor illegal. Padahal peredaran gula illegal lebih kepada keseriusan dalam peningkatan kapasitas dan penegakan hukum. Selain itu adanya peredaran gula illegal karena tidak kompetitifnya gula nasional secara umum akibat harga yang lebih tinggi dan sistem produksi belum efisien.

“Revitalisasi industri gula nasional mendesak dilakukan, banyak pabrik gula nasional tertinggal secara teknologi dan berumur tua minim peremajaan. Importasi gula rafinasi bisa diminimalisir dengan kuatnya produksi serta efisiennya industri gula nasional, selama itu tidak terjadi maka selama itu juga gula rafinasi impor akan membanjiri pasar lokal,” tegasnya.

Legislator asal Jatim ini menjelaskan, masalah utama dalam industri gula nasional adalah rendahnya produksi akibat produktivitas dan efisiensi industri gula nasional secara keseluruhan, dari mulai hulu hingga hilir. Semakin menurunnya luas areal dan produktivitas tebu yang dihasilkan petani serta rendahnya produktivitas pabrik gula serta manajemen pabrik yang tidak efisien, adalah pemicu rendahnya produksi gula nasional.

Selain itu rendahnya harga gula di pasar dunia akibat over produksi menyebabkan pasokan berlebih serta adanya kebijakan dari negara-negara eksportir, telah menyebabkan pelaku usaha dalam negeri lebih memilih membeli gula impor dibandingkan gula produksi domestik. Keadaan ini menyebabkan industri gula nasional menjadi semakin tidak berdaya menghadapi serbuan gula impor yang lebih murah.
Ketergantungan pada impor yang semakin meningkat, kata dia, selain semakin menurunkan pertumbuhan industri gula dalam negeri, juga merupakan salah satu ancaman terhadap kemandirian pangan yang mensyaratkan pemenuhan pangan pokok dari dalam negeri.

sumber : http://politik.news.viva.co.id

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *