Bisnis.com, BANDUNG--Dinas Perkebunan Jabar sudah mendata potensi kekeringan yang akan melanda kawasan perkebunan di Jabar.
Kepala
Dinas Perkebunan Jawa Barat Arief Santosa mengatakan perhitungan
pihaknya daerah di Jabar Selatan seperti Garut, Ciamis, Cianjur,
Sukabumi yang terancam sekitar 10.000 hektare.
Namun kekeringan
lahan perkebunan berbeda dengan kekeringan lahan pertanian karena
kekeringan perkebunan berada di dataran tinggi sehingga sangat
bergantung pada sumber mata air.
"Lahan kebun sudah terkena kekeringan lahan yang ditanami oleh tanaman teh dan kopi," katanya di Bandung, Minggu (2/8/2015).
Pihaknya memperkirakan musim kemarau saat ini produksi teh dan kopi Jabar akan menurun antara 10-15% per hektare-nya.
"Kalau
normal itu produksi teh bisa 1,5 ton per hektare turun menjadi 1,2
ton per hektare. Jadi ada penurunan produktivitas," ujarnya.
Sementara penurunan untuk kopi menurutnya dari produksi sekitar 32.000
ton per tahun turun sekitar 3.000 ton. "Jadi perkebunan kopi milik
rakyat sekitar 52.000 hektare, yang terkena di daerah Selatan Jabar
hampir separuhnya potensi terkena kekeringan," katanya
sumber : http://bandung.bisnis.com
Agustus Merupakan Puncak Panen Kopi Robusta di Bawen
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Koordinator Mandor Kebun Getas Afdelin Asinan Bawen Kabupaten Semarang, Suryono (47) menyampaikan, tanaman kopi milik PTPN IX Semarang itu hanya bisa panen setahun sekali.
"Musim panen mulai Juli hingga September 2015 dan puncaknya pada Agustus 2015 ini. Buah kopi biasanya mulai berwarna merah di pertengahan hingga akhir Juli," jelas Suryono kepada Tribun Jateng, Minggu (2/8/2015).
Dia menjabarkan, tanaman kopi yang berbunga setidaknya membutuhkan waktu sekitar 12 jam untuk penyerbukan. Di waktu itu, akan bisa optimal apabila tidak terganggu hujan. "Di musim panen raya, paling sedikit kami libatkan warga sekitar atau ada sekitar 400 petani. Rata-rata tiap orang bisa memetik sekitar 113 kilogram," jelasnya.
Suryono menambahkan, kopi hasil panen itu kemudian diproses di pabrik. Di sana petugas akan menyortir biji kopi, pengeringan, hingga memproduksi menjadi bubuk. "Di kebun ini, kopinya berjenis robusta. Rata-rata satu orang bisa memperoleh upah Rp 60.000 per hari," jelasnya. (*)
sumber : http://jateng.tribunnews.com
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Koordinator Mandor Kebun Getas Afdelin Asinan Bawen Kabupaten Semarang, Suryono (47) menyampaikan, tanaman kopi milik PTPN IX Semarang itu hanya bisa panen setahun sekali.
"Musim panen mulai Juli hingga September 2015 dan puncaknya pada Agustus 2015 ini. Buah kopi biasanya mulai berwarna merah di pertengahan hingga akhir Juli," jelas Suryono kepada Tribun Jateng, Minggu (2/8/2015).
Dia menjabarkan, tanaman kopi yang berbunga setidaknya membutuhkan waktu sekitar 12 jam untuk penyerbukan. Di waktu itu, akan bisa optimal apabila tidak terganggu hujan. "Di musim panen raya, paling sedikit kami libatkan warga sekitar atau ada sekitar 400 petani. Rata-rata tiap orang bisa memetik sekitar 113 kilogram," jelasnya.
Suryono menambahkan, kopi hasil panen itu kemudian diproses di pabrik. Di sana petugas akan menyortir biji kopi, pengeringan, hingga memproduksi menjadi bubuk. "Di kebun ini, kopinya berjenis robusta. Rata-rata satu orang bisa memperoleh upah Rp 60.000 per hari," jelasnya. (*)
sumber : http://jateng.tribunnews.com
Pemerintah Harus Revisi Bea Keluar Biji Kakao
"Produksi biji kakao di dalam negeri turun sehingga efeknya tahun lalu, industri kita harus impor mencapai 110 ribu ton," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia Sindra Wijaya di Jakarta, Rabu (29/7).
Sindra mengatakan, kebutuhan kakao di dalam negeri pada 2014 lalu mencapai 400 ribu ton sedangkan pada tahun ini diprediksi kebutuhan akan naik menjadi 450 ribu ton. Produksi biji kakao pada tahun lalu sebesar 400 ribu ton dan di ekspor sebanyak 63 ribu ton. Dengan demikian industri coklat di dalam negeri mengalami kekurangan bahan baku.
Sindra menjelaskan, kapasitas terpasang industri kakao bisa mencapai 700 ribu ton. Saat ini kapasitas yang terpakai baru mencapai sekitar 50 persen saja, karena kurangnya bahan baku.
"Bahan baku kakao turun karena sebagian besar perkebunan kakao sudah tua yakni berusia lebih dari 30 tahun sehingga produktifitasnya menurun," kata Sindra.
Selain itu, penyebab lain produksi biji kakao turun adalah adanya alih fungsi lahan dari kakao menjadi sawit. Sindra mengatakan, program Gernas Kakao yang dijalankan oleh Kementerian Pertanian sejak 2009 belum maksimal karena baru mencakup 26 persen dari keseluruhan area nasional. Sindra berharap, program ini bisa terus berjalan agar produksi naik sehingga impor biji kakao berkurang dan industri berkembang.
Seiring dengan hal tersebut tarif bea keluar biji kakao juga harus direvisi oleh pemerintah. Tak hanya itu, Sindra juga mengusulkan agar pemerintah membebaskan PPn sebesar 10 persen agar bisa meningkatkan daya saing dan penghasilan petani kakao.
sumber : http://www.republika.co.id
Indonesia Masih Kekurangan Kakao
WE Online Jakarta- Sebagai komoditas perkebunan yang banyak
disukai dan dibutuhkan industri, produksi kakao tergolong memiliki masa
depan yang baik di Indonesia walaupun pengusahaan komoditas kakao di
Indonesia terus menurun akibat produktivitas lahan menurun, konversi
tanaman, dan pengalihan fungsi lahan.
Menurut Executive Director Asosiasi Industri Kakao Indonesia Sindra Wijaya, kondisi tersebut menyebabkan industri dalam negeri harus mengimpor 110.000 ton kakao dari luar negeri. Pada tahun 2014, kebutuhan dan produksi kakao di Indonesia sebenarnya mencukupi, yaitu 400.000 ton.
"Namun, ada sebagian kakao tersebut diimpor dalam kondisi mentah. Akibatnya kita harus impor lagi untuk kebutuhan dalam negeri," ujarnya di Jakarta, Rabu (29/7/2015).
Kebutuhan kakao untuk industri diperkirakan meningkat menjadi 450.000 ton. "Kami ragu produksi kakao dari petani mencukupi, bahkan cenderung menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Apalagi terjadi alih fungsi lahan kakao di Sulawesi menjadi sawit," katanya.
Sindra berharap ada revisi tarif bea keluar untuk menahan ekspor kakao, yang kini 0%-15%. Pihaknya berharap agar tarif bea keluar tersebut mencapai flat 15%. "Jadi produksi kakao lokal bisa diserap oleh industri dan impor kakao bisa dikurangi sehingga bisa memperbaiki neraca perdagangan," ucapnya.
Para pelaku industri kakao juga berharap PPN komoditas primer bisa kembali dibebaskan. Pemberlakukan pajak ponambahan nilai memengaruhi produktivilas pclani dan sektor hulu.
"Pemberlakukan PPN baru dilakukan tahun lalu. Kami berharap kembali dibebaskan sehingga membantu menaikkan daya saing industri," ujarnya.
Sindra mengatakan, pihaknya juga meminta agar pemerintah mengatasi perlakuan diskriminatif terhadap produk jadi kakao Indonesia yang diekspor ke Eropa. Saat ini produk kakao dari Indonesia dikenakan bea masuk 7%-8%, lain halnya dengan produk-produk dari Afrika yang dikenakan bea masuk 0%.
Devisa Indonesia untuk kakao sebesar Rp 1,1 miliar pada tahun 2014. Pada kuartal pertama 2015, devisa telah mencapai 25% dari jumlah tersebut.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, sudah mengirimkan surat permohonan resmi kepada Kementerian Keuangan mengenai tarif bea keluar kakao, tetapi belum ditanggapi. "Sudah berbulan-bulan lalu, nanti kami follow up lagi," tuturnya.
Mengenai diskriminasi ekspor pasar Eropa, Panggah mengatakan, sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan. "Namun, ada pernyataan kalau bea masuk ke Eropa diturunkan, barang mereka masuk ke sini juga harus diturunkan tarifnya. Nah itu yang masih dalam tahap negosiasi," ujarnya.
Ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Jawa Barat-Banten, Slamet Bangsadikusumah, mengatakan, pengusahaan kakao masih menarik minat sejumlah pengusaha perkebunan di Jawa Barat-Banten. "Tantangannya, cuma faktor pengamanan dari gangguan pencurian," ujarnya.
Editor: Boyke P. Siregar
Foto: kebunbibit.id
sumber: http://wartaekonomi.co.id
Menurut Executive Director Asosiasi Industri Kakao Indonesia Sindra Wijaya, kondisi tersebut menyebabkan industri dalam negeri harus mengimpor 110.000 ton kakao dari luar negeri. Pada tahun 2014, kebutuhan dan produksi kakao di Indonesia sebenarnya mencukupi, yaitu 400.000 ton.
"Namun, ada sebagian kakao tersebut diimpor dalam kondisi mentah. Akibatnya kita harus impor lagi untuk kebutuhan dalam negeri," ujarnya di Jakarta, Rabu (29/7/2015).
Kebutuhan kakao untuk industri diperkirakan meningkat menjadi 450.000 ton. "Kami ragu produksi kakao dari petani mencukupi, bahkan cenderung menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Apalagi terjadi alih fungsi lahan kakao di Sulawesi menjadi sawit," katanya.
Sindra berharap ada revisi tarif bea keluar untuk menahan ekspor kakao, yang kini 0%-15%. Pihaknya berharap agar tarif bea keluar tersebut mencapai flat 15%. "Jadi produksi kakao lokal bisa diserap oleh industri dan impor kakao bisa dikurangi sehingga bisa memperbaiki neraca perdagangan," ucapnya.
Para pelaku industri kakao juga berharap PPN komoditas primer bisa kembali dibebaskan. Pemberlakukan pajak ponambahan nilai memengaruhi produktivilas pclani dan sektor hulu.
"Pemberlakukan PPN baru dilakukan tahun lalu. Kami berharap kembali dibebaskan sehingga membantu menaikkan daya saing industri," ujarnya.
Sindra mengatakan, pihaknya juga meminta agar pemerintah mengatasi perlakuan diskriminatif terhadap produk jadi kakao Indonesia yang diekspor ke Eropa. Saat ini produk kakao dari Indonesia dikenakan bea masuk 7%-8%, lain halnya dengan produk-produk dari Afrika yang dikenakan bea masuk 0%.
Devisa Indonesia untuk kakao sebesar Rp 1,1 miliar pada tahun 2014. Pada kuartal pertama 2015, devisa telah mencapai 25% dari jumlah tersebut.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, sudah mengirimkan surat permohonan resmi kepada Kementerian Keuangan mengenai tarif bea keluar kakao, tetapi belum ditanggapi. "Sudah berbulan-bulan lalu, nanti kami follow up lagi," tuturnya.
Mengenai diskriminasi ekspor pasar Eropa, Panggah mengatakan, sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan. "Namun, ada pernyataan kalau bea masuk ke Eropa diturunkan, barang mereka masuk ke sini juga harus diturunkan tarifnya. Nah itu yang masih dalam tahap negosiasi," ujarnya.
Ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Jawa Barat-Banten, Slamet Bangsadikusumah, mengatakan, pengusahaan kakao masih menarik minat sejumlah pengusaha perkebunan di Jawa Barat-Banten. "Tantangannya, cuma faktor pengamanan dari gangguan pencurian," ujarnya.
Editor: Boyke P. Siregar
Foto: kebunbibit.id
sumber: http://wartaekonomi.co.id
Stabilkan Harga, Petani Kakao Memilih Untuk Lakukan Fermentasi
Bisnis.com, JAKARTA – Petani biji
kakao menyatakan berkomitmen untuk melakukan fermentasi demi menjaga
harga komoditas tersebut di pasar lebih baik.
Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKI) Arief Zamroni menyampaikan proses fermentasi kakao dapat mengerek harga hingga ke rata-rata Rp30.000 per kilogram dari biji kakao biasa yang harganya rata-rata berada di level Rp27.000 per kilogram.
“Fermentasi kakao ini amat kami dorong, sesuai dengan Permentan 67 tahun 2014. Meski beberapa petani merasa berat karena penambahan biaya, fermentasi kakao tetap kami sosialisasikan,” jelas Arief saat dihubungi Bisnis.com, Sabtu (1/8/2015).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pertanian tengah mendorong petani biji kakao untuk dapat memberlakukan sistem fermentasi biji kakao karena mutu yang lebih baik akan daoat mengerek harga sehingga meningkatkan pendapatan petani.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Yusni Emilia Harahap belum lama ini menyampaikan pihaknya pun terus melakukan sosialisasi, demi menjaga kualitas kakao produksi dalam negeri.
“Kita beri petani pengertian kalau ini harus diterapkan untuk memperbaiki mutu dan harganya lebih baik,” kata Emilia.
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi rata-rata sebanyak 600.000-700.000 ton per tahun atau sekitar 13,6% dari total produksi dunia.
Jika difermentasi, biji kakao akan menghasilkan cita rasa coklat yang lebih enak serta dapat mengurangi rasa pahit pada biji. Kakao yang difermentasi pun lebih tahan lama karena dapat mematikan bakteri seperti jamur tumbuh di buah tersebut.
Sumber : http://industri.bisnis.com
Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKI) Arief Zamroni menyampaikan proses fermentasi kakao dapat mengerek harga hingga ke rata-rata Rp30.000 per kilogram dari biji kakao biasa yang harganya rata-rata berada di level Rp27.000 per kilogram.
“Fermentasi kakao ini amat kami dorong, sesuai dengan Permentan 67 tahun 2014. Meski beberapa petani merasa berat karena penambahan biaya, fermentasi kakao tetap kami sosialisasikan,” jelas Arief saat dihubungi Bisnis.com, Sabtu (1/8/2015).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pertanian tengah mendorong petani biji kakao untuk dapat memberlakukan sistem fermentasi biji kakao karena mutu yang lebih baik akan daoat mengerek harga sehingga meningkatkan pendapatan petani.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Yusni Emilia Harahap belum lama ini menyampaikan pihaknya pun terus melakukan sosialisasi, demi menjaga kualitas kakao produksi dalam negeri.
“Kita beri petani pengertian kalau ini harus diterapkan untuk memperbaiki mutu dan harganya lebih baik,” kata Emilia.
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi rata-rata sebanyak 600.000-700.000 ton per tahun atau sekitar 13,6% dari total produksi dunia.
Jika difermentasi, biji kakao akan menghasilkan cita rasa coklat yang lebih enak serta dapat mengurangi rasa pahit pada biji. Kakao yang difermentasi pun lebih tahan lama karena dapat mematikan bakteri seperti jamur tumbuh di buah tersebut.
Sumber : http://industri.bisnis.com
PTPN X Catatkan HPP Gula Rp 6000 Per Kg
Wartaagro.com – PT Perkebunan Nusantara (PTPN X)
mencatatkan Harga Pokok Produksi (HPP) gula diangka Rp 6.000 per kg. HPP ini
dinilai lebih rendah dibandingkan dengan pabrik gula yang dikelola BUMN lain.
“Rendahnya HPP ini menunjukkan tingginya
performance pabrik. Bila di pabrik tingkat efisiensinya rendah maka akan
sangat sulit untuk mendapatkan HPP rendah,” kata Direktur Utama PTPN X,
Subiyono, Rabu (29/7).
Ia menuturkan, pencapaian HPP yang rendah itu merupakan hasil dari proses revitalisasi pabrik gula sehingga tingkat kehilangan dan efisiensi di pabrik sudah semakin baik. Kondisi itu bisa lebih ditingkatkan lagi guna menekan biaya produksi agar HPP bisa lebih rendah.
Dengan HPP yang rendah, maka gula kristal putih lokal bisa bersaing dengan gula impor. Pada Desember mendatang akan mulai diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Agar bisa terus bertahan dan berkembang, industri gula tanah air harus bisa melakukan efisiensi dan melakukan diversifikasi produk.
"Mau tidak mau, kita akan masuk ke era MEA. Untuk itu, memandang industri gula harus dilihat dengan prespektif global bukan hanya PTPN X saja.Dalam menghadapi MEA, bila industri gula dalam negeri tidak mempunyai daya saing maka akan sangat sulit. Sebab, Indonesia akan segera digempur impor gula yang harganya lebih murah,” ujarnya.
Ia pun menyatakan siap menghadapi diberlakukannya MEA. Untuk mengantispasinya, industri gula lokal juga harus melakukan langkah-langkah strategis seperti melakukan otomatisasi dan mekanisasi di ladang (on farm) maupun memulai produksi produk turunan seperti listrik dari ampas tebu maupun bioetanol dari tetes tebu seperti yang sudah dilakukan PG milik PTPN X.
Harga gula lokal juga bakal kalah bersaing dengan gula impor. Misalnya HPP gula Thailand saat ini tak lebih dari Rp 4.500/kg sedangkan HPP (harga patokan pemerintah) gula lokal kini mencapai Rp 8.500/kg.
Ia menuturkan, pencapaian HPP yang rendah itu merupakan hasil dari proses revitalisasi pabrik gula sehingga tingkat kehilangan dan efisiensi di pabrik sudah semakin baik. Kondisi itu bisa lebih ditingkatkan lagi guna menekan biaya produksi agar HPP bisa lebih rendah.
Dengan HPP yang rendah, maka gula kristal putih lokal bisa bersaing dengan gula impor. Pada Desember mendatang akan mulai diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Agar bisa terus bertahan dan berkembang, industri gula tanah air harus bisa melakukan efisiensi dan melakukan diversifikasi produk.
"Mau tidak mau, kita akan masuk ke era MEA. Untuk itu, memandang industri gula harus dilihat dengan prespektif global bukan hanya PTPN X saja.Dalam menghadapi MEA, bila industri gula dalam negeri tidak mempunyai daya saing maka akan sangat sulit. Sebab, Indonesia akan segera digempur impor gula yang harganya lebih murah,” ujarnya.
Ia pun menyatakan siap menghadapi diberlakukannya MEA. Untuk mengantispasinya, industri gula lokal juga harus melakukan langkah-langkah strategis seperti melakukan otomatisasi dan mekanisasi di ladang (on farm) maupun memulai produksi produk turunan seperti listrik dari ampas tebu maupun bioetanol dari tetes tebu seperti yang sudah dilakukan PG milik PTPN X.
Harga gula lokal juga bakal kalah bersaing dengan gula impor. Misalnya HPP gula Thailand saat ini tak lebih dari Rp 4.500/kg sedangkan HPP (harga patokan pemerintah) gula lokal kini mencapai Rp 8.500/kg.
“Dengan pembebanan bea masuk saja, gula Thailand masih
sangat menarik dari sisi harga, apalagi jika nantinya bea masuknya dihapuskan
setelah adanya MEA. Industri kita tidak akan bisa bersaing, karena konsumen
akan memilih gula yang harganya jauh lebih murah,” katanya.
Ia menuturkan, ketika MEA resmi diberlakukan, maka produksi gula lokal tidak akan bisa bertahan menghadapi serbuan produk impor.
Ia menuturkan, ketika MEA resmi diberlakukan, maka produksi gula lokal tidak akan bisa bertahan menghadapi serbuan produk impor.
“Negara tetangga kita seperti Thailand siap membanjiri
pasar dengan produk mereka jika kita tidak bsia meningkatkan daya saing,”
ujarnya.
Seperti diketahui, Thailand saat ini cukup sukses
mengembangkan industri gula. Dengan hanya konsumsi gula tahunan sebesar 2 juta
ton, industri gula Thailand dalam setahun mampu menghasilkan 10 juta ton gula,
sehingga sisanya banyak diekspor, salah satunya ke Indonesia.
“Artinya mereka sudah sejak awal membidik pasar ekspor. Produk gula Thailand cukup bersaing di pasaran karena HPP mereka jauh lebih rendah dari pada gula lokal,” tuturnya.
“Artinya mereka sudah sejak awal membidik pasar ekspor. Produk gula Thailand cukup bersaing di pasaran karena HPP mereka jauh lebih rendah dari pada gula lokal,” tuturnya.
Subiyono mengatakan, rahasia keberhasilan industri gula
Thailand adalah dengan diversifikasi produk industri gula seperti listrik dan
produk turunan lain seperti bioetanol. Gula saat ini bukan lagi menjadi fokus
utama industri di Thailand untuk mengejar laba. Pabrik-pabrik gula di Thailand
justru mengandalkan produk sampingan untuk menutup biaya produksi sehingga
harga gula bisa ditekan serendah mungkin. (kmj/wa3)
sumber : http://wartaagro.com
Impor Gula Rafinasi Pengaruhi Produksi Nasional
Anggota DPR RI Komisi IV Rofi Munawar
VIVA.co.id -
Kementerian Perdagangan kembali menerbitkan izin impor 600 ribu ton gula
mentah untuk pabrik gula rafinasi. Alasannya, impor gula kembali dibuka
untuk menjaga pasokan bagi industri makanan dan minuman. Ironisnya
kebijakan tersebut dilakukan saat serapan gula domestik tidak maksimal
dilakukan dan data neraca kebutuhan konsumsi gula tidak akurat.
“Perlunya proses data audit kebutuhan gula nasional di sinkronisasi antara pemerintah, produsen, dan distributor. Jangan biarkan permasalahan dan polemik importasi gula ini berlarut-larut setiap tahun. Selain itu pemerintah harus secara serius mengembangkan industri gula nasional sebagai basis produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik, selama tidak ada komitmen tersebut, maka proses importasi gula rafinasi secara besar-besaran akan terus terjadi,” ungkap Anggota DPR RI Komisi IV Rofi Munawar Minggu, 26 Juli 2015.
Rofi mengaku heran dengan pernyataan Mendag Gobel yang mengatakan, importasi gula rafinasi dilakukan untuk mencegah beredarnya gula impor illegal. Padahal peredaran gula illegal lebih kepada keseriusan dalam peningkatan kapasitas dan penegakan hukum. Selain itu adanya peredaran gula illegal karena tidak kompetitifnya gula nasional secara umum akibat harga yang lebih tinggi dan sistem produksi belum efisien.
“Revitalisasi industri gula nasional mendesak dilakukan, banyak pabrik gula nasional tertinggal secara teknologi dan berumur tua minim peremajaan. Importasi gula rafinasi bisa diminimalisir dengan kuatnya produksi serta efisiennya industri gula nasional, selama itu tidak terjadi maka selama itu juga gula rafinasi impor akan membanjiri pasar lokal,” tegasnya.
Legislator asal Jatim ini menjelaskan, masalah utama dalam industri gula nasional adalah rendahnya produksi akibat produktivitas dan efisiensi industri gula nasional secara keseluruhan, dari mulai hulu hingga hilir. Semakin menurunnya luas areal dan produktivitas tebu yang dihasilkan petani serta rendahnya produktivitas pabrik gula serta manajemen pabrik yang tidak efisien, adalah pemicu rendahnya produksi gula nasional.
Selain itu rendahnya harga gula di pasar dunia akibat over produksi menyebabkan pasokan berlebih serta adanya kebijakan dari negara-negara eksportir, telah menyebabkan pelaku usaha dalam negeri lebih memilih membeli gula impor dibandingkan gula produksi domestik. Keadaan ini menyebabkan industri gula nasional menjadi semakin tidak berdaya menghadapi serbuan gula impor yang lebih murah.
Ketergantungan pada impor yang semakin meningkat, kata dia, selain semakin menurunkan pertumbuhan industri gula dalam negeri, juga merupakan salah satu ancaman terhadap kemandirian pangan yang mensyaratkan pemenuhan pangan pokok dari dalam negeri.
sumber : http://politik.news.viva.co.id
Kebakaran Pabrik Gula Candi Membuat Panik Pekerja
TRIBUNNEWS.COM.SURABAYA – Kobaran api di Pabrik Gula Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jumat (31/7/2015) tidak begitu terlihat. Namun asap yang dihasilkan dari ampas tebu membumbung tinggi.
Kondisi Jalan Raya Candi pun gelap. Asap pekat penyelimuti kawasan ini. Polisi dibantu petugas Dishub mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan.
Menurut seorang pekerja, asap awalnya terlihat sekitar pukul 11.15 WIB di peyimpanan ampas.
Ampas itu sejatinya dipakai untuk bahan bakar katel pengola air tebu. "Asapnya cepat membesar. Terus tiba-tiba muncul api," ujarnya.
Kebakaran ini membuat panik ratusan pekerja dan pekerja angkut tebu berhamburan keluar ruangan. Mereka berusaha memadamkan api.
"Tadi sempat disiram tapi apinya sudah besar. Api baru bisa dikendalikan saat pemadam datang," katanya.
Harga Tertekan, Ekspor Karet Sumut Lesu
Foto: rohultoday
BELAWAN - Ekspor
karet Sumut melalui Pelabuhan Belawan pada semester pertama 2015
mengalami kelesuan. Penurunan ekspor komoditas ini ditengarai karena
harga yang terus tertekan, dan sepinya permintaan pasar. Kondisi ini
berbanding terbalik dengan ekspor pangan Indonesia, yang diprediksi
Presiden Jokowi, 3 tahun ke depan, Tanah Air bakal mampu menjadi negara
pemasok pangan dunia.
Seperti dikutip dari Sumut Pos (Grup
JPNN), berdasarkan data Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA) PT Pelindo I
Cabang Belawan, untuk periode Januari-Februari 2015, ekspor karet ke
sejumlah negara mitra dagang utama pihak eksportir Sumut, seperti
Tiongkok, India, Jerman, Turki, Amerika Serikta (AS), dan Korea Selatan,
rata-rata mencapai 7.069 ton. Namun memasuki Maret-April, permintaan
mulai mengalami kenaikan tipis, yakni pada kisaran 10.155 ton. Namun
pada Mei dan Juni, kembali mengalami penurunan, atau hanya mencapai
7.123 ton.
Humas PT Pelindo I Cabang Belawan, Roswita
mengatakan, tekanan pasar terhadap karet Sumut yang terus terjadi dalam
2 tahun terakhir, menyebabkan nilai ekspor komoditas ini mengalami
kelesuan.
Tekanan terhadap kinerja ekspor karet
Sumut tahun ini, sambung Roswita, kurang lebih masih sama dengan yang
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Permintaan dari negara-negara
tujuan utama, seperti Tiongkok, AS, dan India masih rendah.
"Tekanan terhadap ekspor karet Sumut masih
akan terus berlanjut hingga akhir 2015. Ini terlihat dari kondisi
ekonomi dunia yang belum juga stabil. Bahkan, hal ini diperparah dengan
kebijakan Tiongkok dan India, yang menaikkan bea masuk (BM) karet alam,"
jelas Roswita.
Sementara Menteri Pertanian (Mentan), Andi
Amran Sulaiman mengatakan, secara nasional, ekspor jagung Indonesia
telah mencapai 400 ribu ton yang bersumber dari Gorontalo, Sulawesi
Selatan, Dompu, Bima, dan Sumbawa, serta daerah lainnya.
sumber : http://m.jpnn.com
Berikut Harga TBS Jambi Periode 31 Juli-6 Agustus
Sementara untuk usia empat tahun menjadi Rp 1236/kg, usia lima tahun sebesar Rp1.293/kg, usia enam tahun Rp1.347/kg, usia tujuh tahun Rp1.381/kg, dan usia delapan tahun Rp1.410/kg.
Sedangkan usia sembilan tahun tercatat sebesar Rp1.438/ kg, dan usia 10 tahun keatas Rp1.482/ kg.
Adapun harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) turun signifikan Rp240/kg menjadi Rp6.643 /kg dari Rp6.883/kg, sedangkan untuk inti sawit (PK) menjadi Rp4.118/kg dari Rp4.217 /kg dengan indeks K 88,73%. (T3)
Sumber : http://www.infosawit.com
Petani Mengeluh, Harga Sawit Terus Menurun
MedanBisnis - Jambi. Sejumlah petani sawit di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi mengeluhkan harga kelapa sawit yang terus mengalami penurunan sejak beberapa bulan terakhir. | |||||||||||||||||||||||||||||||
"Kami berharap harga kelapa sawit bisa membaik lagi,
sebab sudah beberapa bulan lalu harganya terus anjlok," kata seorang
petani Sarolangun, Kahono, yang dihubungi dari Jambi, Kamis (30/7). Yadi, petani lainnya juga menyatakan saat ini harga tandan buah segara (TBS) kelapa sawit yang dijual petani ke pengumpul berkisar Rp700 hingga Rp900 per kilogram. "Kalau harganya bertahan seperti saat ini atau turun terus maka kami rugi sebab tidak sebanding lagi dengan pengeluaran untuk operasional," katanya. Sementara tim perumus dalam rapat yang dihadiri pihak pengusaha sawit, koperasi maupun kelompok tani sawit di Jambi memperhitungkan harga TBS untuk periode 31 Juli-6 Agustus 2015 senilai Rp1.163,52 per kilogram, umur tiga tahun. Sementara harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Provinsi Jambi untuk periode tersebut sebesar Rp6.643,77 per kilogram. Pejabat pada Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Taruna Adi, menjelaskan harga rata-rata inti sawit pada periode 31 Juli-6 Agustus 2015 itu diperkirakan sebesar Rp4.118,67 per kilogram. Tim analisa harga juga memperkirakan periode tersebut harga TBS berumur empat tahun senilai Rp1.236,13 per kilogram. TBS usia lima tahun Rp1.347,90 per kilogram. Sementara harga tertinggi TBS yakni Rp1.482,12 per kilogram yang merupakan kelapa sawit berusia 10-20 tahun. "Kita berharap harga TBS itu bisa meningkat di masa mendatang," kata Taruna Andi. (ant) sumber : http://www.medanbisnisdaily.com |
Pemerintah Jambi Dorong Perusahaan Sawit Miliki ISPO
Antara - 31 Juli 2015 18:16 WIB
Ilustrasi (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)
Metrotvnews.com, Jambi: Pemerintah Provinsi Jambi
melalui Dinas Perkebunan terus mendorong perusahaan kelapa sawit di
Jambi agar memiliki sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Hal ini penting untuk meningkatkan daya saing.
Pelaksana Harian Bidang Pengembangan Perkebunan Panca Pria mengatakan, berdasarkan mekanisme pasar ekspor di Eropa, Indonesia tidak bisa mengekspor Crude Palm Oil (CPO) ke pasar Eropa jika perusahaan kelapa sawit tidak memiliki ISPO.
"Eropa tidak mau membeli CPO yang tidak higienis. Pasar Eropa mau beli CPO dari perusahaan yang memiliki seritifikat ISPO," katanya, di Jambi, Jumat (31/7/2015).
Untuk itu, ia melanjutkan, pemerintah akan menargetkan sampai bulan Oktober 2015 paling tidak semua perusahaan kelapa sawit di Jambi sudah mendaftar ke lembaga ISPO. "Setelah mendaftar belum tentu langsung mendapat ISPO karena prosesnya sangat panjang. Kami akan mendorong terus agar mereka mendaftar dulu," jelasnya.
Ia melanjutkan bahwa ada banyak aturan dan penilaian untuk mendapatkan sertifikat tersebut. Sedikitnya ada tujuh prinsip, 39 kriteria, dan 128 indikator yang harus perusahaan penuhi soal kehigienisan CPO.
"Kita tidak bisa pungkiri investor itu percepatan pembangunan. Jadi dalam hal ini Dinas Perkebunan tetap membina agar perusahaan kelapa sawit memiliki sertifikat ISPO," pungkasnya.
ABD
Pelaksana Harian Bidang Pengembangan Perkebunan Panca Pria mengatakan, berdasarkan mekanisme pasar ekspor di Eropa, Indonesia tidak bisa mengekspor Crude Palm Oil (CPO) ke pasar Eropa jika perusahaan kelapa sawit tidak memiliki ISPO.
"Eropa tidak mau membeli CPO yang tidak higienis. Pasar Eropa mau beli CPO dari perusahaan yang memiliki seritifikat ISPO," katanya, di Jambi, Jumat (31/7/2015).
Untuk itu, ia melanjutkan, pemerintah akan menargetkan sampai bulan Oktober 2015 paling tidak semua perusahaan kelapa sawit di Jambi sudah mendaftar ke lembaga ISPO. "Setelah mendaftar belum tentu langsung mendapat ISPO karena prosesnya sangat panjang. Kami akan mendorong terus agar mereka mendaftar dulu," jelasnya.
Ia melanjutkan bahwa ada banyak aturan dan penilaian untuk mendapatkan sertifikat tersebut. Sedikitnya ada tujuh prinsip, 39 kriteria, dan 128 indikator yang harus perusahaan penuhi soal kehigienisan CPO.
"Kita tidak bisa pungkiri investor itu percepatan pembangunan. Jadi dalam hal ini Dinas Perkebunan tetap membina agar perusahaan kelapa sawit memiliki sertifikat ISPO," pungkasnya.
ABD
Sumber : http://ekonomi.metrotvnews.com
Harga Kelapa Sawit di Bengkulu Anjlok, Petani Stres
Antara - 02 Agustus 2015 11:13 WIB
ilustrasi Kelapa Sawit, Antara/Wahyu Putro A
Metrotvnews.com, Bengkulu: Harga tandan buah segar
sawit yang dijual di tingkat petani di wilayah Provinsi Bengkulu kembali
turun dari Rp800 per kilogram (kg) menjadi Rp650 per kg.
"Sudah dua kali turun dalam sebulan ini, sekarang hanya Rp650 per kg," kata Andri, petani sawit di Bengkulu, Minggu (2/8/2015).
Ia mengatakan sebelum hari raya Idul Fitri atau pertengahan Juli 2015, harga tandan buah segar sawit yang dijual di tingkat petani mencapai Rp1.100 per kg. Pasca lebaran, harga mulai merosot menjadi Rp900 per kg, lalu turun Rp800 per kg dan saat ini menjadi Rp650 per kg.
"Harga terus turun, membuat petani stres," katanya.
Selain harga sawit, harga karet di tingkat petani juga mengalami penurunan dari sebelumnya sudah mencapai Rp7.000 kg menjadi Rp5.000 per kg.
Ia mengatakan harga sawit dan karet yang mengalami penurunan membuat perekonomian petani semakin terpuruk.
Bahkan petani karet di daerah ini sudah terlebih dahulu mengeluhkan harga karet yang bertahan rendah selama dua tahun terakhir.
Sebelumnya pertengahan Juli 2015 pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkan harga terendah tandan buah segar sawit seharga Rp1.265 per kg di tingkat pabrik atau lebih rendah dari harga yang disepakati perusahaan perkebunan sawit Rp1.331 per kg.
"Hanya ditolerir minus lima persen dari harga terendah yang ditetapkan organisasi perusahan perkebunan sawit," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Ricky Gunarwan.
SAW
sumber : http://ekonomi.metrotvnews.com
Diantisipasi, Stok Gula Jatim Jelang Lebaran
SURABAYA (BM)
- Pasokan gula di wilayah pasar Jawa Timur sejak awal bulan suci
Ramadan 1436 H, harga pasar Gula Kristal Putih (GKP) rata-rata di
kisaran Rp 11.750 per kg. Hingga menginjak minggu kedua bulan Juli trend
harga cenderung turun hingga rata-rata mencapai Rp 11.650 per Kg.
Meskipun demikian harga tersebut masih diatas harga tahun 2014 di bulan
yang sama yakni dibawah Rp 10.000 per kg-nya.
Sekertaris
Perusahaan PTPN XI, Agung Yuniarto menegaskan harga tersebut juga masih
di atas Harga Patokan Petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah melalui
Peraturan Menteri Perdagangan nomor 35/M-DAG/PER/5/2015 tentang
Penetapan Harga Patokan Petani Gula Kristal Putih Tahun 2015 yakni
sebesar Rp 8.900 per kilogram.
“Itu
penawaran harga pada lelang gula milik PTPN XI akhir bulan Juni lalu
sebesar Rp 10.250 sampai dengan Rp 10.300 per kg. Sedangkan harga pada
lelang gula milik petani awal Juli ini berkisar dari Rp 9.500 hingga Rp
9.900 per kg-nya,” terang Agung di Surabaya kemarin.
Menurutnya,
Kondisi itu sebagai upaya harapan dari pemerintah untuk stabilisasi
harga GKP pada bulan Ramadan dan hari raya tahun ini Harga Jual Gula
dalam rangka Puasa dan Idul Fitri 2015 yakni menjaga agar harga gula di
tingkat Konsumen akhir selama puasa dan lebaran 2015 pada harga maksimal
Rp 11.000 dan untuk operasi pasar gula maksimal Rp 10.800 per kg.
“
Kami (PTPN XI) turut berperan dalam upaya stabilisasi harga,
diantaranya menggelar operasi pasar gula di beberapa tempat seperti,
Bandung, Gresik, dan wilayah di masing-masing Pabrik Gula. Total 300 ton
GKP disalurkan melalui Operasi Pasar dengan harga Rp 10.750 per kg
sesuai keputusan Pemerintah Jawa Timur,” tambah Agung.
Sementara
terkait stok GKP menjelang Hari Raya di wilayah Jawa Timur masih dalam
kategori aman. Data Disperindag Jawa Timur suRp lus gula tahun 2015
masih tercatat sebesar 146ribu ton. Kondisi ini belum ditambahkan dengan
hasil produksi musim giling tahun 2015, terhitung rata-rata Pabrik Gula
di Jawa Timur telah memulai giling medio Mei kemarin. Hingga awal bulan
Juli 2015, gula produksi PTPN XI mencapai 57.899 ton dengan target
463.110 ton gula, sementara tebu yang telah digiling sebesar 935.784,1
ton dari target sebesar 5.818.195 ton dengan rencana giling hingga bulan
November 2015.
“Tren
penurunan harga gula terbentuk oleh mekanisme pasar, yakni di satu sisi
ketersediaan stok yang masih mencukupi sedang peningkatan permintaan
tidak terlalu signifikan meski menjelang hari raya,”
pungkasnya.(top/dra)
sumber : http://www.beritametro.co.id
Kemendag Instruksikan Harga Gula Rp11.000 Per Kilo
JAKARTA, WOL
– Kementerian Perdagangan menginstruksikan kepada para pelaku usaha
khususnya komoditas gula pasir untuk menjaga harga hingga pada tingkat
konsumen akhir, ditentukan sebesar Rp11.000 per kilogram selama H-25
hingga H+7 Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriyah.
“Kita menyurati produsen gula bahwa dalam rangka stabilisasi harga kebutuhan pokok, produsen gula agar menjaga harga gula sampai di tingkat konsumen akhir sebesar Rp11.000 per kilogram dan untuk operasi pasar (OP) Rp10.800 per kilogram,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Srie Agustina, hari ini.
Menurut Srie, surat Menteri Perdagangan kepada para produsen gula tersebut sejalan dengan Undang-Undang No 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Para produsen gula diinstruksikan untuk menjaga harga gula pasir Rp11.000 per kilo mulai H-25 hingga H+7 Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriyah.
Instruksi tersebut, lanjut Srie, bentuk tindak lanjut dari dikeluarkannya Peraturan Presiden No 71 tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok.
“Produsen gula agar bertanggung jawab penuh pendistribusian gula serta mengawal harga tersebut dalam jaringan distribusi mereka,” ujar Srie.
Dalam Perpres 71/2015 tersebut mengamanahkan kepada Menteri Perdagangan untuk melakukan kebijakan harga baik pada kondisi normal berupa harga acuan maupun kondisi tertentu berupa harga khusus saat hari besar keagamaan dan atau saat terjadi gejolak harga.
Instruksi untuk menjaga harga gula tersebut dituangkan dalam Surat Menteri Perdagangan No. 490/MDAG/SD/6/2015 yang menyebutkan bahwa para pelaku usaha menjaga stabilitas harga dan mengawasi distribusi hingga ke tingkat pengecer.
“Intinya diharapkan harga gula akan turun dalam kisaran wajar di Rp11.000 per kilogram. Produsen jangan hanya jual putus. Instruksi ini berupa penegasan tanggung jawab untuk mengawal, jika tidak tercapai harus ada alasannya,” kata Srie.
Berdasarkan pantauan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, perkembangan harga rata-rata kebutuhan pokok nasional per 7 Juli 2015 terpantau relatif stabil jika dibandingkan dengan harga pada minggu lalu.
Untuk harga gula pasir mengalami penurunan sebesar 0,91 persen dari sebelumnya Rp13.140 per kilogram menjadi Rp13.020 per kilogram. Kendati harga gula pasir masih berada pada kisaran tersebut, Srie mengatakan bahwa harga gula pasir sudah mulai berangsur turun walau perlahan.
“Harga mulai turun walau berangsur,” ujar Srie.(hls/ant/data1)
sumber: http://waspada.co.id/
“Kita menyurati produsen gula bahwa dalam rangka stabilisasi harga kebutuhan pokok, produsen gula agar menjaga harga gula sampai di tingkat konsumen akhir sebesar Rp11.000 per kilogram dan untuk operasi pasar (OP) Rp10.800 per kilogram,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Srie Agustina, hari ini.
Menurut Srie, surat Menteri Perdagangan kepada para produsen gula tersebut sejalan dengan Undang-Undang No 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Para produsen gula diinstruksikan untuk menjaga harga gula pasir Rp11.000 per kilo mulai H-25 hingga H+7 Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriyah.
Instruksi tersebut, lanjut Srie, bentuk tindak lanjut dari dikeluarkannya Peraturan Presiden No 71 tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok.
“Produsen gula agar bertanggung jawab penuh pendistribusian gula serta mengawal harga tersebut dalam jaringan distribusi mereka,” ujar Srie.
Dalam Perpres 71/2015 tersebut mengamanahkan kepada Menteri Perdagangan untuk melakukan kebijakan harga baik pada kondisi normal berupa harga acuan maupun kondisi tertentu berupa harga khusus saat hari besar keagamaan dan atau saat terjadi gejolak harga.
Instruksi untuk menjaga harga gula tersebut dituangkan dalam Surat Menteri Perdagangan No. 490/MDAG/SD/6/2015 yang menyebutkan bahwa para pelaku usaha menjaga stabilitas harga dan mengawasi distribusi hingga ke tingkat pengecer.
“Intinya diharapkan harga gula akan turun dalam kisaran wajar di Rp11.000 per kilogram. Produsen jangan hanya jual putus. Instruksi ini berupa penegasan tanggung jawab untuk mengawal, jika tidak tercapai harus ada alasannya,” kata Srie.
Berdasarkan pantauan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, perkembangan harga rata-rata kebutuhan pokok nasional per 7 Juli 2015 terpantau relatif stabil jika dibandingkan dengan harga pada minggu lalu.
Untuk harga gula pasir mengalami penurunan sebesar 0,91 persen dari sebelumnya Rp13.140 per kilogram menjadi Rp13.020 per kilogram. Kendati harga gula pasir masih berada pada kisaran tersebut, Srie mengatakan bahwa harga gula pasir sudah mulai berangsur turun walau perlahan.
“Harga mulai turun walau berangsur,” ujar Srie.(hls/ant/data1)
sumber: http://waspada.co.id/
Begini Siasat Membangkitkan Kejayaan Teh Indonesia
Ciwidey -Teh merupakan satu dari 15 komoditas utama dan
unggulan perkebunan Indonesia. Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkebunan
Kementerian Pertanian menyatakan, produksi teh nusantara saat ini
mengalami penurunan. Kini upaya membangkitkan kejayaan teh Indonesia
terus digulirkan. Seperti apa siasatnya?
"Upayanya ialah
memperbaiki sektor hulu. Di hulu itu harus kuat. Produktivitas juga
harus tinggi. Termasuk di hilir, teh harus ada varian produk. Jadi
permintaan teh itu bisa meningkat," kata Direktur Pusat Penelitian Teh
dan Kina (PPTK) Gambung, Karyudi, di sela-sela menerima kunjungan
sejumlah jurnalis dan rombongan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian
di Kebun Gambung, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa
(24/3/2015).
Menurut Karyudi, komoditas teh jangan hanya sebagai minuman penyegar saja, tapi bisa difungsikan dengan sentuhan-sentuhan inovatif. Dia menegaskan, teh punya potensi dikembangkan menjadi produk-produk komersial yang bermanfaat untuk masyarakat.
"Misalnya, teh itu fungsinya bisa untuk kesehatan, kebugaran tubuh, kecantikan, dan stamina pria," ujarnya.
"Kelebihan teh yakni bisa dicampur dengan ginseng dan lemon. Jadi, teh itu kesannya bukan obat sehingga siapapun bisa minum teh. Teh bisa juga sebagai campuran bahan makanan. Teh ini memiliki kandungan antioksidan yang sangat bagus untuk kesehatan," ucap Karyudi menambahkan.
Indonesia menempati posisi tujuh dunia di antara negara penghasil teh utama berdasarkan data International Tea Committee pada 2013. Data tersebut menyebutkan, Indonesia hanya memproduksi 145.460 ton atau 3,2 persen dari produksi teh dunia sebesar 4,6 juta ton. China di peringkat puncak yang disusul India, Kenya, Srilanka, Vietnam, dan Turki.
Data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian pada 2014 menyatakan, perkebunan teh mencapai 121.034 hektar dengan produksi 143.751 ton. Saat ini sentra pengembangan teh di Indonesia ialah Jawa Barat dengan luas areal 93.520 hektar atau 77,27 persen dari luas areal teh nasional
Menurut Karyudi, komoditas teh jangan hanya sebagai minuman penyegar saja, tapi bisa difungsikan dengan sentuhan-sentuhan inovatif. Dia menegaskan, teh punya potensi dikembangkan menjadi produk-produk komersial yang bermanfaat untuk masyarakat.
"Misalnya, teh itu fungsinya bisa untuk kesehatan, kebugaran tubuh, kecantikan, dan stamina pria," ujarnya.
"Kelebihan teh yakni bisa dicampur dengan ginseng dan lemon. Jadi, teh itu kesannya bukan obat sehingga siapapun bisa minum teh. Teh bisa juga sebagai campuran bahan makanan. Teh ini memiliki kandungan antioksidan yang sangat bagus untuk kesehatan," ucap Karyudi menambahkan.
Indonesia menempati posisi tujuh dunia di antara negara penghasil teh utama berdasarkan data International Tea Committee pada 2013. Data tersebut menyebutkan, Indonesia hanya memproduksi 145.460 ton atau 3,2 persen dari produksi teh dunia sebesar 4,6 juta ton. China di peringkat puncak yang disusul India, Kenya, Srilanka, Vietnam, dan Turki.
Data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian pada 2014 menyatakan, perkebunan teh mencapai 121.034 hektar dengan produksi 143.751 ton. Saat ini sentra pengembangan teh di Indonesia ialah Jawa Barat dengan luas areal 93.520 hektar atau 77,27 persen dari luas areal teh nasional
Kaya Teh dan Kopi, Tapi RI Masih Impor
Jakarta -Luasnya lahan perkebunan di Indonesia ternyata
tak menjamin pasokan teh dan kopi dicukupi dari dalam negeri. Karena
kenyataannya, komoditas minuman tersebut masih diimpor oleh Indonesia.
Teh
impor yang masuk ke Indonesia pada Februari 2015 mencapai 1.211 ton,
nilainya setara US$ 1,8 juta atau sekitar Rp 23 miliar. Sedangkan di
Januari 2015 volume impor dua komoditas ini mencapai 1.574 ton, nilainya
setara US$ 2,5 juta atau sekitar Rp 32 miliar.
Untuk kopi, volume yang diimpor pada Februari 2015 mencapai 430 ton, setara US$ 1,6 juta atau sekitar Rp 20 miliar. Untuk bulan sebelumnya lebih rendah, volumenya 260 ton, setara US$ 1,5 juta atau sekitar Rp 19 miliar.
Demikian data yang dikutip detikFinance, Kamis (2/4/2015), dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Berikut rincian negara asal impor:
Untuk kopi, volume yang diimpor pada Februari 2015 mencapai 430 ton, setara US$ 1,6 juta atau sekitar Rp 20 miliar. Untuk bulan sebelumnya lebih rendah, volumenya 260 ton, setara US$ 1,5 juta atau sekitar Rp 19 miliar.
Demikian data yang dikutip detikFinance, Kamis (2/4/2015), dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Berikut rincian negara asal impor:
Teh
- Vietnam 662 ton atau US$ 755 ribu
- Kenya 144 ton atau US$ 380 ribu
- Srilanka 43 ton atau US$ 176 ribu
- Iran 246 ton atau US$ 162,9 ribu
- Japan 9,2 ton atau US$ 160,9 ribu
- Negara lainnya 105 ton atau US$ 247 ribu
Kopi
- Brasil 231 ton atau US$ 886,3 ribu
- Malaysia 13,6 ton atau US$ 145,6 ribu
- Thailand 76 ton atau 279 ribu
- Papua Nugini 60 ton atau US$ 114 ribu
- Negara lainnya 48,6 ton atau US$ 232 ribu.
(mkl/dnl)
http://finance.detik.com
Perlawanan Teh dari Sri Lanka
Melalui Yayasan Karitatif MJF, Merrill J Fernando memberi beasiswa bagi 245 siswa dari
keluarga miskin yang bekerja di perkebunan teh Dilmah di Sri Lanka.
Sebanyak
2.000 anak miskin lainnya belajar dan bermain di rumah-rumah singgah yang
dibangun yayasan itu, sementara 1.000 anak lainnya ikut program pengembangan
anak sesuai bakat. Lebih dari 150 anak cacat dari keluarga kurang mampu juga
mendapat pendidikan khusus, terapi, dan pelatihan.
Yayasan
Karitatif MJF juga membangun 200 rumah bagi keluarga miskin dan 100 rumah bagi
para janda korban perang, serta membuka program usaha kecil yang diikuti 800
keluarga miskin.
Bukan
hanya itu, sejak 2000, ia menawarkan usaha kecil bagi para narapidana yang
sudah bebas. ”Saat
ini ada 224 narapidana yang kami beri modal kerja berupa mesin-mesin, uang, dan
tempat kerja. Jumlah ini masih jauh lebih kecil daripada jumlah narapidana di
Sri Lanka yang jumlahnya sekarang sekitar 4.000 orang. Saya masih prihatin
terhadap situasi ini,” tutur Fernando (85), di sela-sela makan siang di Kota
Piliyandala, Sri Lanka, Jumat (20/3).
Menurut
dia, sumber kejahatan di dunia antara lain berasal dari kemiskinan ekonomi dan
rendahnya kualitas pendidikan serta keterampilan.
”Oleh
karena itu, kami mengutamakan pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak serta
pengembangan usaha kecil bagi para narapidana,” kata pria kelahiran Desa
Pallansena, Sri Lanka, pada 1930 itu.
Melawan Korporasi
Semangat
Fernando menolong kaum papa itu tak cuma tindakan karitatif. Ia juga ingin
mengubah struktur dan sistem dunia usaha di Sri Lanka, yang pada satu era
pernah lebih memihak pada korporasi multinasional ketimbang perusahaan
domestik. Kondisi ini amat memprihatinkan.
”Saya
tidak percaya karma. Orang menjadi miskin bukan karena karma atau kutukan dan
belum tentu karena malas. Sering terjadi, meluasnya kemiskinan disebabkan
karena struktur dan sistem perekonomian dan dunia usaha yang lebih banyak
memberikan akses para pemodal besar,” tandas Fernando.
Ia
lalu bercerita, awalnya perusahaan teh yang ada di Sri Lanka sebagian besar
masih dikelola perusahaan keluarga lokal. Namun, kondisi kepemilikan ini
berangsur-angsur berubah. Sampai akhirnya datang kekuatan multinasional yang
membangkrutkan usaha di kalangan perusahaan teh keluarga pada 1950-an. Padahal,
para pedagang asing ini, kata Fernando, cuma mengekspor teh mentah Sri Lanka.
Di
luar Sri Lanka, teh yang dikenal berkualitas tinggi itu lalu dicampur dengan
teh jenis lain yang harganya lebih murah. Setelah dicampur, teh oplosan itu
lalu dikemas dan dijual dengan atribut sebagai teh Ceylon (Sri Lanka).
Dengan
mengoplos teh berkualitas tinggi dan teh kualitas rendah ini, para pedagang
asing bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Meskipun sudah
mendapatkan keuntungan yang besar, tetapi para pedagang asing ini terus menekan
biaya produksi dengan mengorbankan pendapatan para pemetik teh.
Fernando
sedih dan marah melihat kenyataan ini. Ia pun bertekad memperbaiki kondisi yang
telah menghancurkan kehidupan pengusaha perkebunan teh lokal ini.
”Idealnya,
teh Sri Lanka, ya, ditanam dan diolah di Sri Lanka. Lalu dipasarkan lewat
kendali kantor pusat di Sri Lanka. Dengan demikian, sebagian besar keuntungan
dari industri teh bisa kembali ke Sri Lanka dan dinikmati warga Sri Lanka,”
kata Fernando.
Reformasi
agraria
Berbekal
dua mesin pengolah teh dan beberapa petak kebun teh, Fernando pun mulai
memproduksi teh sampai akhirnya ia memiliki 330 hektar kebun teh. Namun, ia
menyesal, karena pada 1975 muncul reformasi agraria (land reform). Akibatnya,
kepemilikan tanah, baik perseorangan maupun perusahaan, dibatasi maksimal 50
hektar.
Perusahaan
teh Fernando pun kehilangan 280 hektar perkebunan tehnya. Namun, setelah
dilakukan berbagai revisi reformasi agraria, perkebunan Fernando pun kembali
meluas sampai akhirnya pada 1988, ia mendirikan lagi perusahaan teh yang bisa
memproses teh dari hulu sampai hilir. Itulah Teh Dilmah.
Kini,
Dilmah memiliki perkebunan teh seluas 20.000 hektar. Meski demikian, Fernando
tak ingin perusahaannya membengkak menjadi konglomerasi.
”Tanah
perkebunan seluas itu sudah lebih dari cukup. Pabrik yang ada pun tak akan kami
tambah lagi. Demikian pula jumlah pekerja yang sudah mencapai 30.000 orang. Tak
mungkin mempertahankan integritas usaha dan produk jika yang diproduksi sudah
menjadi produk massal,” ujar Fernando.
Selain
itu, lanjutnya, proses konglomerasi usaha justru akan mengecilkan atau bahkan
menutup peluang usaha orang lain untuk maju.
Pewaris
Fernando
lahir di kota kecil nelayan Negombo, di pantai barat Sri Lanka yang jaraknya 25
mil dari Kolombo. Ia merupakan salah satu dari lima anak pasangan Harry dan
Lucih.
Fernando
dan keempat saudaranya tumbuh di tengah keluarga Katolik kelas menengah. Tidak
mengherankan jika Fernando bersama saudaranya bisa menamatkan sekolah mereka di
Kolese Stella Maris di Negombo.
Di
usia 20, Fernando menjadi salah satu orang Sri Lanka pertama yang diizinkan
mendapat pelatihan sebagai pencicip teh di Mincing Lane, London, Inggris. Di
sanalah ia tersadar jika telah terjadi ketidakadilan dalam bisnis global teh
Sri Lanka.
Fernando
menikah dan dikaruniai dua putra, yang diberi nama Malik dan Dilhan.
Penggabungan kedua nama anak inilah yang menjadi inspirasi Fernando menamakan
teh produksinya, Dilmah. Kini, teh ini tersedia di lebih dari 90 negara,
termasuk Inggris, Turki, Indonesia, Lituania, Rusia, Hongaria, Kanada, Afrika
Selatan, Australia, Jepang, dan Selandia Baru.
Namun,
Dilhan-lah yang saat ini melanjutkan usaha Fernando di bidang produksi teh.
Sementara Malik lebih memilih usaha mengembangkan industri properti.
”Salah
satu hotel yang dibangun Malik di Sri Lanka tercatat sebagai lima hotel terbaik
di dunia,” kata Fernando bangga.
”Saya
berharap, kedua anak saya tetap memelihara integritas seperti yang sudah saya
lakukan. Integritas itu antara lain ditandai dengan sikap adil dan lebih
memihak kepada yang lemah,” tuturnya menutup pembicaraan siang itu.
http://print.kompas.com
Bisnis Kopi Perlu Terkonsep
Oleh : Kodar Solihat (Pikiran Rakyat)
BANDUNG, (PR).-Berkembangnya jumlah usaha kedai atau kafe kopi di Kota
Bandung dan sekitarnya, dinilai perlu ditunjang dengan pengembangan
konsep bisnis yang lebih jelas. Ini sebagai salah satu upaya
mengembangkan segmentasi bisnis kafe di Bandung dan sekitarnya,
sekaligus memunculkan ikon kopi arabika Priangan secara kuat di daerah
sendiri.
Pebisnis kopi asal Bandung, Iyus
Supriatna, di Bandung, Minggu (5/4/2015) mengatakan, bisnis kafe dan
kedai kopi kini menjadi salah satu lahan usaha yang berkembang dan
menguntungkan digeluti sejumlah pihak, termasuk di Bandung dan
sekitarnya. Jumlahnya mulai bertambah, mulai skala kecil, sedang, dan
besar, dengan membidik masing-masing segmen pasar, mulai sekadar peminum
sampai peminat, baik di lingkungan permukiman, kawasan bisnis dan
pemerintahan, dan wisata, serta tempat-tempat lainnya.
Hanya saja, katanya, di tengah fenomena
ini, umumnya belum memiliki konsep yang benar-benar layaknya sebuah
bisnis kafe atau kedai kopi. Namun sebagian pihak sudah mencoba
mengembangkan kedai atau kafe kopi dengan konsep yang kepada bisnis
secara layak.
Menurut dia, dalam pengembangan bisnis
kedai dan kafe kopi, khususnya para pebisnis yang mencoba segmen pasar
menengah ke atas, perlu memperhatikan pemilahan masing-masing bahan baku
dari tiga jenis produk mkopi yang terdapat dalam rumpun kopi Arabika.
Misalnya, dipilah kopi arabika jenis typica, bourbon, dan hybrido de
timor, di mana untuk Priangan selama ini ada jenis lini s, sigararutang,
kopi buhun, ateng super, dll.
“Nah, sebaiknya dari berbagai produk
arabika Priangan yang disajikan dalam bisnis kafe, menjadi lebih
dipilah-pilah lagi berdasarkan jenisnya. Ini akan lebih memberikan
jaminan rasa, serta tawaran aneka selera lebih jelas kepada para calon
konsumen,” ujar Iyus yang juga Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi
Indonesia Jawa Barat ini.
Bisnis kedai kopi sendiri, diketahui
bervariasi modalnya mulai yang hanya bermodal minimal Rp 3 juta sampai
puluhan juta rupiah yang kini menjadi salah satu lahan usaha menarik.
Kota Bandung serta kabupaten di Jawa Barat lainnya, yang dikenal sebagai
kota pariwisata maupun bisnis, banyak mengalami peningkatan konsumsi
kopi, termasuk di kawasan pariwisata yang berhawa sejuk misalnya Bandung
Utara, Bandung Selatan, dan kawasan Puncak.
Panen mundur
Soal musim panen kopi tahun 2015 ini,
disebutkan Iyus, diduga akan mundur ke bulan Mei dari seharusnya April
ini sudah panen besar. Ini disebabkan pengaruh cuaca, di mana proses
pembungaan pada awal tahun lalu kurang optimal, sehingga mempengaruhi
masa pemasakan buah dari hijau ke merah agak lebih lama.
Soal harga yang sampai ke petani,
disebutkan, saat ini berkisar Rp 6.000/kg gelondongan petik merah,
sedangkan saat sudah menjadi green bean sekitar 5-6 dolar AS/kg (jika
harga 1 dolar AS sekitar Rp 13.000, nilainya Rp 65.ooo-78.ooo/kg). Kopi
arabika Priangan menjadi patokan harga di Indonesia, karena semua
pebisnis domestik maupun eksportir membutuhkan, sebagai pencampur untuk
membuat produk kopi asal Indonesia lainnya lebih enak rasanya.
Sementara itu, Perum Perhutani Kesatuan
Pemangkuan Hutan Bandung Selatan memperkirakan, untuk musim panen kopi
arabika tahun 2015 ini, diprediksi diperoleh dari luas pengusahaan 1.679
hektare yang umumnya diusahakan oleh masyarakat petani desa hutan.
Kawasan yang akan panen besar tahun ini, terdiri Pangalengan,
Pasirjambu, Ciwidey, dan sejumlah lainnya.
Kaur Humas KPH Bandung Selatan. Isep,
mengatakan, dari luapan areal tersebut, terdapat 981.000 pohon kopi
arabika. Diperhitungkan, akan diperoleh hasil panenan sekitar 72 ton
pada tahun 2015 ini.
Pebisnis kopi asal Bandung lainnya,
Busono, potensi bisnis kopi asal Jawa Barat yang bersiap bangkit lagi,
muncul pula dari jenis robusta. Ini disebabkan, kopi robusta asal Jawa
Barat dari rasa ternyata lebih diminati dibandingkan produksi Sumatra,
namun produksi kopi robusta di Jawa Barat masih terbatas karena belum
banyak peremajaan tanaman.
(Kodar Solihat) ***
sumber : http://www.pn8.co.id
Fakta Teh Putih Miliki Banyak Khasiat
Vestyles.com – teh merupakan minuman yang kita jumpai
sehari-hari. Setiap pagi pasti banyak diantara kita yang wajib untuk
mengkonsumsi teh. Selain teh yang sering kita jumpai banyak sekali jenis-jenis
teh contohnya saja teh hijau dan teh melati. Selain teh - teh yang telah
disebutkan tadi sebenarnya ada 1 jenis teh lagi yaitu teh putih, mungkin masih
banyak yang belum mengetahui tentang teh putih ini.
Teh putih sangat terkenal di Negara-negara asia sejak jaman
dahulu. Teh putih memiliki kandungan
antioksidan yang sangat bagus dan kuat, dapat meredakan peradangan,dapat
menurunkan resiko diabetes, melawan
radikal bebas, dan teh putih ini juga banyak digunakan sebagai bahan
untuk komestik serta baik untuk jantung.
Seperti yang di kutip dari realbeautyspot.com, dengan rajin
mengkonsumsi teh putih maka anda bisa menurunkan berat badan anda karena
teh putih dapat membantu menekan nafsu makan sehingga anda tidak akan
memiliki rasa
lapar yang berlebihan. Apa-apa saja
khasiat teh putih untuk tubuh kita ? simak ulasannya berikut ini :
#1. Dapat Menghambat
Pembentukan Sel Lemak
Dengan mengkonsumsi teh putih anda dapat menurunkan berat
badan. Teh putih juga memiliki potensi untuk menghambat pembentukan sel-sel
lemak dan membantu lemak berlebih agar mencari pada tubuh.
#2. Bersifat Alami
Harga teh putih sangat mahal ini disebabkan karena teh putih
yang berasal dari daun teh yang masih sangat muda dan dipetik saat tunas belum
terbuka. Daun teh untuk teh putih ini tidak tersedia setiap hari hanya dalam
waktu-waktu tertentu dalam setahun. Pemrosesan daun teh putih hanya dengan
dikukus.
#3. Mempercepat Metabolisme
Ternyata teh putih mengandung kafein alami yang dapat
membantu menurunkan berat badan anda dikarenakan pembakaran kalori yang lebih
cepat serta dapat mempercepat metabolisme tubuh dikarenakan antioksidan yang
terkandung didalamnya.
#4. Membantu
Mengurangi Keinginan Akan Minuman Manis
Pada teh putih tidak terdapat kandungan kalori sehingga akan
membuat tubuh anda terasa segar bugar dari pagi hari sampai malam hari. Semakin
sering anda mengkonsumsi teh putih maka akan semakin berkurang pula niat anda
akan minuman yang manis ditambah dengan rasanya yang khas anda tidak perlu
menambahkan gula, krim atau susu.
#5. Jumlah Konsumsi Perhari
Dalam sehari anda boleh mengkonsumsi 4 cangkir teh putih.
Dengan mengkonsumsi teh putih maka akan bermanfaat bagi tubuh anda karena tidak
mengandung lemak dan kalori. Bagi anda yang tidak tahan tergadap kafein maka
kurangilah porsinya dan minum secara perlahan.
Teh sangat baik untuk tubuh, dengan rajin mengkonsumsi teh
maka anda akan merasakan khasiat yang terkandung didalamnya. Selamat Mencoba
dan Merasakan Khasiatnya.
Genjot Ekspor Teh dan Kopi ke Kawasan Asia Afrika
INILAHCOM, Bandung - Sejauh ini, produk hasil perkebunan Jabar yang diekspor terbatas hanya komoditas teh dan kopi.
Dengan terbentuknya Asian-African Business Council (AABC) hasil dari Konferensi Asia-Afrika (KAA) beberapa waktu lalu, Kadin Jabar mengharapkan adanya peningkatan yang signifikan.
Dengan terbentuknya Asian-African Business Council (AABC) hasil dari Konferensi Asia-Afrika (KAA) beberapa waktu lalu, Kadin Jabar mengharapkan adanya peningkatan yang signifikan.
Ketua Kamar
Dagang dan Industri (Kadin) Jabar Agung Suryamal menilai, pembentukan
AABC itu merupakan langkah positif yang harus diapresiasi. Diharapkan,
lembaga ini nantinya akan mendorong perekonomian di negara-negara
kawasan Asia dan Afrika.
"Langkah untuk membentuk AABC ini bagus untuk membangun sinergi antarnegara di Asia dan Afrika. Dengan lahirnya lembaga ini diharapkan penjualan komoditas bisa meningkat secara signifikan. Ini sangat berarti untuk melihat potensi produk dan potensi pasar di masing-masing negara," kata Agung kepada INILAH, Selasa (28/4).
Menurutnya, saat ini untuk ekspor hasil perkebunan asal Jabar hanya berupa teh dan kopi. Itu pun diakuinya masih dalam jumlah yang belum terlalu banyak. Dengan adanya AABC ini pun pihaknya akan menggenjot pemasaran komoditas teh dan kopi Jabar ke negara-negara Asia dan Afrika.
"Untuk ekspor hasil perkebunan asal Jabar itu masih kurang. Selama ini, kebanyakan dari negara-negara Afrika itu merupakan buyers yang membeli produk olahan tekstil, garmen, manufaktur, dan alas kaki," ucapnya.
Selain itu, Agung pun mengharapkan nantinya dibutuhkan lembaga perbankan koresponden terkait ekspor impor. Selama ini, untuk layanan perbankan itu melalui bank-bank di negara tujuan.
Seperti diketahui, dalam pembentukan AABC itu terdapat sejumlah poin penting. Di antaranya, memperkuat hubungan kerja sama perdagangan dan industri di antara negara-negara Asia dan Afrika.
Kamar dagang di Asia dan Afrika ini akan mendorong pemerintah menghilangkan hambatan dagang, bisnis, antara Asia dan Afrika. Poin selanjutnya berkaitan dengan promosi bersama konektivitas dan infrastruktur yang menjadi kendala perdagangan Asia-Afrika. Berikutnya berhubungan dengan pengembangan usaha kecil dan menengah.
Berbagai pihak mengharapkan AABC ini akan memperkuat hubungan negara di kawasan Asia-Afrika untuk membangun kesejahteraan bersama.
Sementara itu, untuk komoditas strategis seperti teh dan kopi, Pemprov memberikan perhatian khusus. Beberapa waktu lalu, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan memberikan benih teh dan kopi bersertifikat kepada petani. Hal itu, guna mengembangkan industri kopi di Jawa Barat dan mendukung program gerakan penyelamatan agribisnis nasional.
Sebanyak satu juta benih kopi dan 7,5 juta benih teh unggul secara simbolis kepada 62 Kelompok Tani Kopi Arabika Java Preanger di 6 Kabupaten di Jabar, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Cianjur, dan Sukabumi.
"Kami berharap agar para petani dapat meningkatkan produktivitasnya agar teh dan kopi menjadi produk unggulan nasional. Terus kembangkan teh dan kopi sehingga akan menjadi komoditas unggulan nasional yang ada di Jawa Barat," ujarnya.
Pemerintah pusat diakuinya menggelontorkan dana besar untuk mengembangkan agribisnis di Indonesia. Untuk itu, Aher menginginkan petani di Jabar memanfaatkan itu untuk menjadi pelopor bangkitnya, khususnya industri teh nasional. "Maka tidak akan pernah mungkin ada kebangkitan teh di Indonesia kalau tidak ada kebangkitannya di Jabar," tambahnya.
Pemprov Jabar juga mencanangkan produk teh dengan label Java Preanger yang diharapkan akan menjadi produk unggulan Jabar yang go international.
Jawa Barat merupakan produsen teh terbesar di Indonesia. Dari luas 494.166 ha atau 13,76% dari luas Provinsi Jawa Barat atau terluas ketiga setelah Provinis Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Di Jawa Barat terdapat perkebunan teh seluas 94.850 ha, yang terdiri dari perkebunan teh rakyat seluas 48.636 ha, perkebunan teh swasta seluas 21.023 ha, dan perkebunan teh negara seluas 25.191 ha. Sementara untuk kopi, Jawa Barat memiliki perkebunannya seluas 25.004 ha, dan perkebunan milik swasta seluas 409,42 ha. (jul)
"Langkah untuk membentuk AABC ini bagus untuk membangun sinergi antarnegara di Asia dan Afrika. Dengan lahirnya lembaga ini diharapkan penjualan komoditas bisa meningkat secara signifikan. Ini sangat berarti untuk melihat potensi produk dan potensi pasar di masing-masing negara," kata Agung kepada INILAH, Selasa (28/4).
Menurutnya, saat ini untuk ekspor hasil perkebunan asal Jabar hanya berupa teh dan kopi. Itu pun diakuinya masih dalam jumlah yang belum terlalu banyak. Dengan adanya AABC ini pun pihaknya akan menggenjot pemasaran komoditas teh dan kopi Jabar ke negara-negara Asia dan Afrika.
"Untuk ekspor hasil perkebunan asal Jabar itu masih kurang. Selama ini, kebanyakan dari negara-negara Afrika itu merupakan buyers yang membeli produk olahan tekstil, garmen, manufaktur, dan alas kaki," ucapnya.
Selain itu, Agung pun mengharapkan nantinya dibutuhkan lembaga perbankan koresponden terkait ekspor impor. Selama ini, untuk layanan perbankan itu melalui bank-bank di negara tujuan.
Seperti diketahui, dalam pembentukan AABC itu terdapat sejumlah poin penting. Di antaranya, memperkuat hubungan kerja sama perdagangan dan industri di antara negara-negara Asia dan Afrika.
Kamar dagang di Asia dan Afrika ini akan mendorong pemerintah menghilangkan hambatan dagang, bisnis, antara Asia dan Afrika. Poin selanjutnya berkaitan dengan promosi bersama konektivitas dan infrastruktur yang menjadi kendala perdagangan Asia-Afrika. Berikutnya berhubungan dengan pengembangan usaha kecil dan menengah.
Berbagai pihak mengharapkan AABC ini akan memperkuat hubungan negara di kawasan Asia-Afrika untuk membangun kesejahteraan bersama.
Sementara itu, untuk komoditas strategis seperti teh dan kopi, Pemprov memberikan perhatian khusus. Beberapa waktu lalu, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan memberikan benih teh dan kopi bersertifikat kepada petani. Hal itu, guna mengembangkan industri kopi di Jawa Barat dan mendukung program gerakan penyelamatan agribisnis nasional.
Sebanyak satu juta benih kopi dan 7,5 juta benih teh unggul secara simbolis kepada 62 Kelompok Tani Kopi Arabika Java Preanger di 6 Kabupaten di Jabar, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Cianjur, dan Sukabumi.
"Kami berharap agar para petani dapat meningkatkan produktivitasnya agar teh dan kopi menjadi produk unggulan nasional. Terus kembangkan teh dan kopi sehingga akan menjadi komoditas unggulan nasional yang ada di Jawa Barat," ujarnya.
Pemerintah pusat diakuinya menggelontorkan dana besar untuk mengembangkan agribisnis di Indonesia. Untuk itu, Aher menginginkan petani di Jabar memanfaatkan itu untuk menjadi pelopor bangkitnya, khususnya industri teh nasional. "Maka tidak akan pernah mungkin ada kebangkitan teh di Indonesia kalau tidak ada kebangkitannya di Jabar," tambahnya.
Pemprov Jabar juga mencanangkan produk teh dengan label Java Preanger yang diharapkan akan menjadi produk unggulan Jabar yang go international.
Jawa Barat merupakan produsen teh terbesar di Indonesia. Dari luas 494.166 ha atau 13,76% dari luas Provinsi Jawa Barat atau terluas ketiga setelah Provinis Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Di Jawa Barat terdapat perkebunan teh seluas 94.850 ha, yang terdiri dari perkebunan teh rakyat seluas 48.636 ha, perkebunan teh swasta seluas 21.023 ha, dan perkebunan teh negara seluas 25.191 ha. Sementara untuk kopi, Jawa Barat memiliki perkebunannya seluas 25.004 ha, dan perkebunan milik swasta seluas 409,42 ha. (jul)
http://www.inilahkoran.com
Decak Kagum Warga Los Angeles Nikmati Teh Khas Indonesia
Dream - Publik Los Angeles, Amerika
Serikat (AS) ternyata masih ada yang baru menyadari produk teh premium
asal Indonesia. Berkualitas tinggi, dua produk teh asli Tanah Air bahkan
mengundang decak kagum.
"Beberapa pelaku usaha dan tea bloggers di AS ada yang baru
mengetahui bahwa Indonesia merupakan produsen teh dengan kualitas
tinggi," ungkap Konsul Jenderal RI di Los Angeles, Umar Hadi seperti
dikutip Dream dari laman Kemendag, Rabu, 20 Mei 2015.
Teh organik Indonesia saat ini diakui memilik momentum untuk
berkembang di pasar Negeri Paman Sam. Bahkan, komoditas ini bisa menjadi
masa depan produk pertanian di masa depan.
Dua jenis teh asli Indonesia, Sinensis dan Assamica menjadi produk
teh paling dikagumi publik kota hiburan AS. Kedua jenis teh ini memang
menjadi varietas paling terkenal di dunia.
Pejabat Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) di Los Angeles, Arief
Wibisono mengungkapkan penduduk AS yang mengonsumsi teh semakin
bertambah banyak.
Hingga tahun 2019, konsumsi teh di AS ditaksir meningkat menjadi 0,6 kilogram per kepala per tahun.
Ekspor teh Indonesia ke AS pada tahun lalu bernilai US$ 8,19 juta
dengan pangsa pasar baru mencapai 1,66 persen. Nilai industri teh di
tahun yang sama ditaksir mencapai US$ 8 miliar dan meningkat dua kali
lipat atau US$ 15 miliar pada 2016.
Salah satu bukti meningkatnya konsumsi teh terlihat dari pendapatan
raksasa minuman Starbuck yang meningkat 7 persen dalam tiga tahun
terakhir. Peningkatan ini salah satunya dipicu penjualan produk teh.
“Hal ini membuktikan bahwa Indonesia berpeluang besar memanfaatkan pasar yang terbuka lebar ini,” ujar Arief.
http://www.dream.co.id
Teh Hijau Cegah Berat Badan Naik saat Puasa
JAKARTA,
(PRLM).- Persoalan berat badan naik saat berpuasa masih banyak ditakuti
banyak orang. Namun jika Anda rutin minum teh hijau setiap sahur, dan
berbuka mampu bantu menurunkan berat badan lho.
Selain itu, ada empat manfaat lain yang Anda rasakan setelah rutin
minum teh hijau terutama di sela-sela menyantap makan sahur, seperti
dilansir Boldsky, berikut ini.
Menurunkan berat badan
Anda wajib minum teh hijau untuk membantu menurunkan berat badan.
Teh hijau memiliki sifat yang membantu untuk memotong kalori terutama di
saat menjalankan puasa.
Memerangi alergi
Manfaat teh hijau juga akan membantu menjaga sensitivitas tubuh
terhadap serangan alergi. Karenanya, minuman ini mengandung senyawa
epigallocatechin gallate (EGCG) yang tampaknya ampuh memerangi alergi.
Mengurangi kolesterol
Saat puasa seseorang pasti punya banyak kehendak untuk menyantap
beraneka ragam makanan berlemak tinggi yang memicu kolesterol. Untuk
melawan itu, Anda harus mengimbangi dengan minum teh hijau karena kaya
antioksidan yang diyakini menghambat penyerapan kolesterol dari usus
besar.
Melawan penyakit gusi
Jika kita teratur minum teh hijau sejak dini, para kaum hawa
diyakini kuat melawan gejala penyakit periodontal. Penyakit ini
merupakan penyakit gusi yang umum dialami wanita dalam jangka
panjang.(okezone/boldsky/A-147)***
http://www.pikiran-rakyat.com
Tiga Indra dan Cangkir untuk Menikmati Teh
Jakarta, CNN Indonesia --
Teh sudah menjadi minuman populer di tengah
masyarakat. Orang biasa sekadar menyeruput saat bersantai atau menenggak
teh ketika membutuhkan tenaga dalam waktu sekejap.
Tak hanya
tegukan, orang juga sering kali tak peduli dengan wadah teh disajikan.
Ada yang menggunakan gelas, cangkir, bahkan mangkuk kecil.
Namun, seorang pencinta teh menganggap bahwa cara menikmati merupakan
bagian dari apresiasi. Menurut Manajer Pemasaran TWG Tea Indonesia,
Trixie Anindita, teh seharusnya dinikmati dengan tiga indra manusia.
Untuk memaksimalkan sensasi yang diterima ketiga indra tersebut,
dibutuhkan cangkir yang tepat.
Sebelum meminum teh, hal pertama yang harus diapresiasi adalah warna teh. Dari kepekatan warna, orang sudah dapat memprediksi jenis teh dan mengapresiasinya.
"Jadi, pertama adalah indra penglihatan. Oleh karena itu, warna cangkir harus putih agar bisa melihat warna teh," ujar Trixie kepada CNN Indonesia.
Setelah melihat warna teh, orang akan mulai mendekatkan cangkir ke mulut. Saat inilah, indra selanjutnya bekerja.
"Kedua indra penciuman untuk menghirup aroma yang tentunya berbeda untuk setiap jenis teh," kata Trixie.
Untuk dapat menikmati aroma teh secara maksimal, dibutuhkan wadah yang rendah dan melebar. Dengan cangkir seperti ini, aroma dapat menyebar dengan mudah.
Akhirnya, indra perasa mengecap rasa teh. Menurut Trixie, teh harus langsung dapat dirasakan di ujung lidah.
"Untuk itu, pinggiran cangkir harus lebih tipis dari mug pada umumnya sehingga pertama kali orang menyeruput langsung ke ujung lidah," ucap Trixie.
Selain itu, Trixie juga menyarankan agar daun atau kantong teh tidak direndam terlalu lama di dalam gelas. Teh juga harus disimpan di teko dengan sistem penghangat.
"Kalau sudah dingin pasti akan mengendap dan rasanya akan pahit. Bukan begitu cara mengapresiasi teh," tuturnya.
Sebelum meminum teh, hal pertama yang harus diapresiasi adalah warna teh. Dari kepekatan warna, orang sudah dapat memprediksi jenis teh dan mengapresiasinya.
"Jadi, pertama adalah indra penglihatan. Oleh karena itu, warna cangkir harus putih agar bisa melihat warna teh," ujar Trixie kepada CNN Indonesia.
Setelah melihat warna teh, orang akan mulai mendekatkan cangkir ke mulut. Saat inilah, indra selanjutnya bekerja.
"Kedua indra penciuman untuk menghirup aroma yang tentunya berbeda untuk setiap jenis teh," kata Trixie.
Untuk dapat menikmati aroma teh secara maksimal, dibutuhkan wadah yang rendah dan melebar. Dengan cangkir seperti ini, aroma dapat menyebar dengan mudah.
Akhirnya, indra perasa mengecap rasa teh. Menurut Trixie, teh harus langsung dapat dirasakan di ujung lidah.
"Untuk itu, pinggiran cangkir harus lebih tipis dari mug pada umumnya sehingga pertama kali orang menyeruput langsung ke ujung lidah," ucap Trixie.
Selain itu, Trixie juga menyarankan agar daun atau kantong teh tidak direndam terlalu lama di dalam gelas. Teh juga harus disimpan di teko dengan sistem penghangat.
"Kalau sudah dingin pasti akan mengendap dan rasanya akan pahit. Bukan begitu cara mengapresiasi teh," tuturnya.
(mer)
http://www.cnnindonesia.com
HARGA KARET: Kembali Rebound Signifikan, Yen Ditekan Sentimen China & Yunani
Bisnis.com, JAKARTA— Harga karet pada perdagangan pagi ini, Jumat (10/7/2015) kembali berlari kencang.
Harga karet di bursa Tokyo Commodity Exchange (Tocom) Rubber Future Contract untuk kontrak November 2015, seperti dikutip Bloomberg, saat dibuka naik 0,72% ke 206 yen/kg.
Pada pk 09:57 WIB harga karet makin kuat. Naik 1,14% ke 210,4 yen/kg.
Kemarin, Kamis (9/7/2015), karet mampu menguat 3,91% ke 207,7 yen/kg, setelah empat hari melemah.
Penguatan harga karet dipengaruhi pergerakan yen. Pelemahan yen terjadi setelah bursa China menguat, mendorong harga karet kembali rebound. Yen dalam dua hari terakhir terus melemah, setelah menguat pada 2—8 Juli.
Seperti diketahui penguatan yen, sebagai salah satu mata uang safe haven, membuat daya tarik pasar berjangka karet di bursa Jepang menurun.
Bloomberg mengemukakan yen melemah karena ekuitas China rebound hari kedua, dan Yunani menyampaikan rencana bailout, sehingga mengurangi kekhawatiran krisis kedua negara bisa menginfeksi pasar global.
The Shanghai Composite rebound hari kedua dengan persentase kenaikan signifikan, setelah pemerintah Tiongkok mengatur investor dalam melakukan transaksi jual saham, dan hampir setengah dari perusahaan yang terdaftar tetap dihentikan.
Sementara itu Yunani mengajukan paket reformasi, berisi usulan serupa dengan yang diminta oleh kreditor.
"China secara paksa menenangkan pasar , dan itu bekerja. Yunani juga lebih baik,” " kata Tomomi Yamashita, Fund Manager Shinkin Asset Management Co seperti dikutip Bloomberg, Jumat (10/7/2015).
Pergerakan harga karet*
* Kontrak November 2015
Sumber: Bloomberg, 2015
Sumber : http://market.bisnis.com
Harga karet di bursa Tokyo Commodity Exchange (Tocom) Rubber Future Contract untuk kontrak November 2015, seperti dikutip Bloomberg, saat dibuka naik 0,72% ke 206 yen/kg.
Pada pk 09:57 WIB harga karet makin kuat. Naik 1,14% ke 210,4 yen/kg.
Kemarin, Kamis (9/7/2015), karet mampu menguat 3,91% ke 207,7 yen/kg, setelah empat hari melemah.
Penguatan harga karet dipengaruhi pergerakan yen. Pelemahan yen terjadi setelah bursa China menguat, mendorong harga karet kembali rebound. Yen dalam dua hari terakhir terus melemah, setelah menguat pada 2—8 Juli.
Seperti diketahui penguatan yen, sebagai salah satu mata uang safe haven, membuat daya tarik pasar berjangka karet di bursa Jepang menurun.
Bloomberg mengemukakan yen melemah karena ekuitas China rebound hari kedua, dan Yunani menyampaikan rencana bailout, sehingga mengurangi kekhawatiran krisis kedua negara bisa menginfeksi pasar global.
The Shanghai Composite rebound hari kedua dengan persentase kenaikan signifikan, setelah pemerintah Tiongkok mengatur investor dalam melakukan transaksi jual saham, dan hampir setengah dari perusahaan yang terdaftar tetap dihentikan.
Sementara itu Yunani mengajukan paket reformasi, berisi usulan serupa dengan yang diminta oleh kreditor.
"China secara paksa menenangkan pasar , dan itu bekerja. Yunani juga lebih baik,” " kata Tomomi Yamashita, Fund Manager Shinkin Asset Management Co seperti dikutip Bloomberg, Jumat (10/7/2015).
Pergerakan harga karet*
Tanggal | Yen/kg |
Pk. 09:57 WIB (10 Juli) | 210,40 (+1,14%) |
Buka (10 Juli) | 206,00 (+0,72%) |
9 Juli | 207,50 (+3,91%) |
* Kontrak November 2015
Sumber: Bloomberg, 2015
Sumber : http://market.bisnis.com
HARGA KARET 9 Juli: Sentimen China Mulai Pudar, Karet Rebound Tajam
Bisnis.com, JAKARTA - Harga karet langsung menguattajam pada Kamis (9/7/2015) seiring dengan rebound di pasar finansial China.
Kontrak karet untuk pengiriman Desember 2015, kontrak teraktif di Tokyo Commodities Exchange, menguat 3,87% ke 209,60 yen atau Rp23.022 per kilogram.
Karet rebound setelah merosot hampir 9% dalam 4 hari terakhir akibat tekanan harga minyak mentah dan gejolak di bursa China.
“Pasar saham China yang berhenti merosot mendorong pembelian kontrak komoditas karet besar-besaran,” kata Takaki Shigemoto dari JSC Tokyo seperti dikutip Bloomberg.
Rontoknya saham di bursa China kemarin menekan karet di bursa Tokyo ke level terendah dalam 2 bulan.
Kinerja pasar saham China menimbulkan kecemasan ekonomi riil negara konsumen karet terbesar dunia tersebut ikut terseret.
Pergerakan Harga Karet Kontrak Desember di TOCOM
Sumber: Bloomberg
sumber : http://market.bisnis.com
Kontrak karet untuk pengiriman Desember 2015, kontrak teraktif di Tokyo Commodities Exchange, menguat 3,87% ke 209,60 yen atau Rp23.022 per kilogram.
Karet rebound setelah merosot hampir 9% dalam 4 hari terakhir akibat tekanan harga minyak mentah dan gejolak di bursa China.
“Pasar saham China yang berhenti merosot mendorong pembelian kontrak komoditas karet besar-besaran,” kata Takaki Shigemoto dari JSC Tokyo seperti dikutip Bloomberg.
Rontoknya saham di bursa China kemarin menekan karet di bursa Tokyo ke level terendah dalam 2 bulan.
Kinerja pasar saham China menimbulkan kecemasan ekonomi riil negara konsumen karet terbesar dunia tersebut ikut terseret.
Pergerakan Harga Karet Kontrak Desember di TOCOM
Tanggal |
Yen/kg
|
(%)
|
9/7/2015 | 209,60 | +3,87% |
8/7/2015 | 201,80 | -5,48% |
7/7/2015 | 213,50 | -0,84% |
6/7/2015 | 215,30 | -1,78% |
3/7/2015 | 219,20 | -0,86% |
sumber : http://market.bisnis.com
HARGA KARET: Anjlok Ke Level Terendah Sejak April 2015
Bisnis.com, JAKARTA— Harga karet
pada perdagangan Selasa (7/7/2015) pagi anjlok ke level terendah sejak
April 2015 mencapai level 209,9 yen per kilogram.
Data Bloomberg, menyebutkan harga karet di Tokyo Commodity Exchange (Tocom) Rubber Future Contract untuk kontrak Oktober 2015 dibuka melemah 0,14% ke level 210,60 yen/kg dari penutupan sehari sebelumnya 210,30 yen/kg.
Pada pukul 07:52 WIB, harga karet terus melemah tipis 0,19% ke level 209,90 yen/Kg dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya. Harga karet diperdagangkan pada level tertinggi 210,60 yen/Kg dengan level terendah 208,60 yen/kg.
Seperti diketahui harga karet pada April 2015 level terendahnya di 206 yen/kg.
Berikut pergerakan harga karet kontrak Oktober 2015:
Sumber: Bloomberg.
Sumber : http://market.bisnis.com
Data Bloomberg, menyebutkan harga karet di Tokyo Commodity Exchange (Tocom) Rubber Future Contract untuk kontrak Oktober 2015 dibuka melemah 0,14% ke level 210,60 yen/kg dari penutupan sehari sebelumnya 210,30 yen/kg.
Pada pukul 07:52 WIB, harga karet terus melemah tipis 0,19% ke level 209,90 yen/Kg dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya. Harga karet diperdagangkan pada level tertinggi 210,60 yen/Kg dengan level terendah 208,60 yen/kg.
Seperti diketahui harga karet pada April 2015 level terendahnya di 206 yen/kg.
Berikut pergerakan harga karet kontrak Oktober 2015:
Tanggal | Harga (Yen/Kg) |
7 Juli (Pukul 07:52 WIB) | 209,90 (-0,19%) |
6 Juli | 210,30 (-1,54%) |
3 Juli | 213,60 (-0,60%) |
2 Juli | 214,90 (+0,14%) |
Sumber: Bloomberg.
Sumber : http://market.bisnis.com
HARGA KARET 6 JULI: Terseret Harga Minyak Dan Sentimen Yunani
Kontrak karet untuk pengiriman Desember 2015, kontrak teraktif di Tokyo Commodities Exchange, anjlok 1,78% ke 215,30 yen atau Rp23.857 per kilogram.
Harga penutupan tersebut adalah yang terendah sejak 27 April 2015. Hari ini, komoditas karet diperdagangkan pada kisaran 214,30—216 yen per kilogram.
Perdagangan karet di bursa Jepang tertekan bersama komoditas-komoditas lain di bursa berjangka dunia, khususnya harga minyak mentah.
Minyak jenis WTI telah jatuh 3,25% ke US$55,08/barel pada pukul 14.30 WIB, sedangkan minyak jenis Brent merosot 1,04% ke US$59,69/barel.
Pelemahan harga minyak dunia menekan harga karet karena berpotensi menekan harga karet sintetis, bahan subtitusi utama karet alam yang diproduksi menggunakan minyak mentah.
Pergerakan Harga Karet Kontrak November di TOCOM
Tanggal | Yen/kg | (%) |
6/7/2015 | 215,30 | -1,78% |
3/7/2015 | 219,20 | -0,86% |
2/7/2015 | 221,10 | +0,14% |
1/7/2015 | 220,80 | +1,28% |
30/6/2015 | 218,00 | -2,81% |
sumber: Bloomberg
sumber : http://market.bisnis.com
Harga Karet di Riau Anjlok
karet (MI,ARYA MANGGALA)
Kepala Seksi Pormosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan Bidang P2HP Dinas Perkebunan Provinsi Riau Rusdi MA menuturkan harga bokar memprihatinkan atau karena dipengaruhi oleh over suply di dunia.
“Harganya hanya mencapai Rp7.000-Rp8.000 per kilogram (kg)," kata dia di Pekanbaru, Selasa (7/7/2015).
Menurut dia, harga karet dunia sekarang USD1,2 per kg, atau setara dengan Rp16.200 per kg. "Oleh karena itu Idealnya harga bokar yang harus diterapkan pada pembelian bokar tingkat petani adalah sebesar Rp13.770 per kg, sehingga kesejahteraan petani juga terangkat," katanya.
Posisi harga bokar sebesar Rp8.000 per kg yang memprihatinkan itu, pun dipertanyakan juga oleh Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo).
sumber : http://ekonomi.metrotvnews.com
Langganan:
Postingan (Atom)