Bisnis.com, JAKARTA – Petani biji
kakao menyatakan berkomitmen untuk melakukan fermentasi demi menjaga
harga komoditas tersebut di pasar lebih baik.
Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKI) Arief Zamroni menyampaikan proses fermentasi kakao dapat mengerek harga hingga ke rata-rata Rp30.000 per kilogram dari biji kakao biasa yang harganya rata-rata berada di level Rp27.000 per kilogram.
“Fermentasi kakao ini amat kami dorong, sesuai dengan Permentan 67 tahun 2014. Meski beberapa petani merasa berat karena penambahan biaya, fermentasi kakao tetap kami sosialisasikan,” jelas Arief saat dihubungi Bisnis.com, Sabtu (1/8/2015).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pertanian tengah mendorong petani biji kakao untuk dapat memberlakukan sistem fermentasi biji kakao karena mutu yang lebih baik akan daoat mengerek harga sehingga meningkatkan pendapatan petani.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Yusni Emilia Harahap belum lama ini menyampaikan pihaknya pun terus melakukan sosialisasi, demi menjaga kualitas kakao produksi dalam negeri.
“Kita beri petani pengertian kalau ini harus diterapkan untuk memperbaiki mutu dan harganya lebih baik,” kata Emilia.
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi rata-rata sebanyak 600.000-700.000 ton per tahun atau sekitar 13,6% dari total produksi dunia.
Jika difermentasi, biji kakao akan menghasilkan cita rasa coklat yang lebih enak serta dapat mengurangi rasa pahit pada biji. Kakao yang difermentasi pun lebih tahan lama karena dapat mematikan bakteri seperti jamur tumbuh di buah tersebut.
Sumber : http://industri.bisnis.com
Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKI) Arief Zamroni menyampaikan proses fermentasi kakao dapat mengerek harga hingga ke rata-rata Rp30.000 per kilogram dari biji kakao biasa yang harganya rata-rata berada di level Rp27.000 per kilogram.
“Fermentasi kakao ini amat kami dorong, sesuai dengan Permentan 67 tahun 2014. Meski beberapa petani merasa berat karena penambahan biaya, fermentasi kakao tetap kami sosialisasikan,” jelas Arief saat dihubungi Bisnis.com, Sabtu (1/8/2015).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pertanian tengah mendorong petani biji kakao untuk dapat memberlakukan sistem fermentasi biji kakao karena mutu yang lebih baik akan daoat mengerek harga sehingga meningkatkan pendapatan petani.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Yusni Emilia Harahap belum lama ini menyampaikan pihaknya pun terus melakukan sosialisasi, demi menjaga kualitas kakao produksi dalam negeri.
“Kita beri petani pengertian kalau ini harus diterapkan untuk memperbaiki mutu dan harganya lebih baik,” kata Emilia.
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi rata-rata sebanyak 600.000-700.000 ton per tahun atau sekitar 13,6% dari total produksi dunia.
Jika difermentasi, biji kakao akan menghasilkan cita rasa coklat yang lebih enak serta dapat mengurangi rasa pahit pada biji. Kakao yang difermentasi pun lebih tahan lama karena dapat mematikan bakteri seperti jamur tumbuh di buah tersebut.
Sumber : http://industri.bisnis.com